ibnufir: Saat kau mencintai sesuatu, saat itu pula kau sedang membuka kemungkinan untuk membencinya.
ibnufir: Saat kau mencintai sesuatu, saat itu pula kau sedang membuka kemungkinan untuk membencinya. Orang-orang yang kau benci, adalah orang-orang yang pernah kau cintai. Orang-orang yang kau jauhi, adalah orang-orang yang pernah kau dekati. Sebab oleh beberapa alasan dan beberapa harapan yang membuatmu kecewa, orang-orang itu meninggalkan kesan yang begitu dalam di dalam hatimu. Jika boleh jujur, mungkin kau sangat kehilangannya. Jika kau bertanya kembali kepada dirimu sendiri, apakah kau betul-betul membencinya? Mungkin jawabannya tidak. Kau masih ingin memperbaiki hubungannya seperti sediakala, disaat semuanya masih baik-baik saja dan belum terjadi apa-apa. Tapi egomu berpikir semuanya sudah terlambat, sudah tidak perlu ada yang diperbaiki lagi, sudah tidak perlu ada yang dibicarakan lagi. Setiap waktu kau habiskan untuk melawan dirimu sendiri, menyangkal semua kebaikan yang pernah ada. Tanpa sadar kau sedang menyiksa dirimu sendiri dalam rentang waktu yang cukup lama. Setiap hari kau memikirkan itu, memikirkan hal yang sudah kau anggap selesai tetapi tak pernah kau selesaikan. Padahal sebetulnya kau juga tahu, bahwa yang dibutuhkan oleh dua orang yang sedang saling membenci adalah memulai pembicaraan. Jika ini hari terakhirmu, mau kah kau setidaknya untuk mengatakan “MAAF”? —ibnufir -- source link